Kamis, 04 Maret 2010

ALKISAH SANG PENCUCI PIRING



Bismillah,

Saya lupa darimana artikel ini saya dapatkan. Yang jelas bukan tulisan saya. Semoga berguna.

Siapa yang paling berbahagia saat pesta pernikahan berlangsung? Bisa jadi kedua mempelai yang menunggu detik-detik memadu kasih. Meski lelah menderanya namun tetap mampu tersenyum hingga tamu terakhir pun. Berbulan bahkan hitungan tahun sudah mereka menunggu hari bahagia ini. Mungkin orang tua si gadis yang baru saja menuntaskan kewajiban terakhirnya dengan mendapatkan lelaki yang akan menggantikan perannya membimbing putrinya untuk langkah selanjutnya setelah hari pernikahan. Atau bahkan ibu pengantin pria yang terlihat terus menerus sumringah, ia membayangkan akan segera menimang cucu dari putranya. “Aih, pasti segagah kakeknya,” impinya.

Para tamu yang hadir dalam pesta tersebut tak luput terjangkiti aura kebahagiaan, itu nampak dari senyum, canda, dan keceriaan yang tak hentinya sepanjang mereka berada di pesta. Bagi sanak saudara dan kerabat orang tua kedua mempelai, bisa jadi momentum ini dijadikan ajang silaturahim, kalau perlu rapat keluarga besar pun bisa berlangsung di sela-sela pesta. Sementara teman dan sahabat kedua mempelai menyulap pesta pernikahan itu menjadi reuni yang tak direncanakan. Mungkin kalau sengaja diundang untuk acara reuni tidak ada yang hadir, jadilah reuni satu angkatan berlangsung. Dan satu lagi, bagi mereka yang jarang-jarang menikmati makanan bergizi plus, inilah saatnya perbaikan gizi walau bermodal uang sekadarnya di amplop yang tertutup rapat.

Nyaris tidak ada hadirin yang terlihat sedih atau menangis di pesta itu kecuali air mata kebahagiaan. Kalau pun ada, mungkin mereka yang sakit hati pria pujaannya tidak menikah dengannya. Atau para pria yang sakit hati lantaran primadona kampungnya dipersunting pria dari luar kampung. Namun tetap saja tak terlihat di pesta itu, mungkin mereka meratap di balik dinding kamarnya sambil memeluk erat gambar pria yang baru saja menikah itu. Dan pria-pria sakit hati itu hanya bisa menggerutu dan menyimpan kecewanya dalam hati ketika harus menyalami dan memberi selamat kepada wanita yang harus mereka relakan menjadi milik pria lain.

Apa benar-benar tidak ada yang bersedih di pesta itu? Semula saya mengira yang paling bersedih hanya tukang pembawa piring kotor yang pernah saya ketahui hanya mendapat upah sepuluh ribu rupiah plus sepiring makan gratis untuk ratusan piring yang ia angkat. Sepuluh ribu rupiah yang diterima setelah semua tamu pulang itu, sungguh tak cukup mengeringkan peluhnya. Sedih, pasti.

Tak lama kemudian saya benar-benar mendapati orang yang lebih bersedih di pesta itu. Mereka memang tak terlihat ada di pesta, juga tak mengenakan pakaian bagus lengkap dengan dandanan yang tak biasa dari keseharian di hari istimewa itu. Mereka hanya ada di bagian belakang dari gedung tempat pesta berlangsung, atau bagian tersembunyi dengan terpal yang menghalangi aktivitas mereka di rumah si empunya pesta. Mereka lah para pencuci piring bekas makan para tamu terhormat di ruang pesta.

Bukan, mereka bukan sedih lantaran mendapat bayaran yang tak jauh berbeda dengan pembawa piring kotor. Mereka juga tidak sedih hanya karena harus belakangan mendapat jatah makan, itu sudah mereka sadari sejak awal mengambil peran sebagai pencuci piring. Juga bukan karena tak sempat memberikan doa selamat dan keberkahan untuk pasangan pengantin yang berbahagia, meski apa yang mereka kerjakan mungkin lebih bernilai dari doa-doa para tamu yang hadir.

Air mata mereka keluar setiap kali memandangi nasi yang harus terbuang teramat banyak, juga potongan daging atau makanan lain yang tak habis disantap para tamu. Tak tertahankan sedih mereka saat membayangkan tumpukan makanan sisa itu dan memasukkannya dalam karung untuk kemudian singgah di tempat sampah, sementara anak-anak mereka di rumah sering harus menahan lapar hingga terlelap.

Andai para tamu itu tak mengambil makanan di luar batas kemampuannya menyantap, andai mereka yang berpakaian bagus di pesta itu tak taati nafsunya untuk mengambil semua yang tersedia padahal tak semua bisa masuk dalam perut mereka, mungkin akan ada sisa makanan untuk anak-anak di panti anak yatim tak jauh dari tempat pesta itu. Andai pula mereka mengerti buruknya berbuat mubazir, mungkin ratusan anak yatim dan kaum fakir bisa terundang untuk ikut menikmati hidangan dalam pesta itu.

dipungut tercecer di kebun teetangga:http://tausyiah275.blogsome.com/

BENARKAN REZEKI DATANG KARENA PEKERJAAN KITA ??


Tahu cicak? Tentu saja tahu, hampir disetiap rumah ada cicak. Cicak punya keistimewaan bisa berjalan di atap dengan badan terbalik, tetapi bukan itu yang ingin saya lihat. Pada saat ini,justru yang akan kita lihat adalah”kelemahan” cicak yang tidak bisa terbang, sementara makanan cicak bisa terbang.

Dari sini bisa kita ambil pelajaran,meskipun cicak tidak bisa terbang tetapi mereka masih bisa memakan nyamuk. Itu menunjukan bahwa cicak sudah di atur rezekinya oleh Allah.

Dan tidak ada suatu binatang melata pundi bumi melainkan Allah-lah yang memberirezekinya, dan Dia mengetahui tempatberdiam binatang itu dan tempatpenyimpanannya. Semuanya tertulis dalamkitab yang nyata (Lohmahfuz). [QS 11:6]

Begitu juga manusia dan makhluq yang lainnya. Allah telah menetapkan rizkinya masing-masing.
Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu, dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan(pula) bagimu sungai-sungai. [QS 14:32]

Rezeki adalah pemberian Allah, bukan dari tempat Anda bekerja sekarang, bukan dari bisnis Anda, bukan dari deposito Anda. Semua itu hanyalah sarana Anda mendapatkan rezeki, karena memang Allah yang memerintahkan kita untuk mencari rezeki tentu saja dengan berbagai sarana.

Yakinlah akan rezeki Allah, jangan yakin dengan rezeki yang sekarang Anda dapatkan ditempat Anda bekerja sekarang ini. Mungkin saja ditempat lain rezeki Anda sudah menunggu. Tidak ada jaminan Anda akan mendapatkan rezeki dari tempat sekarang terus-menerus, karena bukan perusahaan Anda yang meluaskan dan menyempitkan rezeki Anda, tetapi Allah.

Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezekikepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba- Nya. [QS 17:30]

Seberapa besarnya gaji Anda, jika Allah telah menetapkan bahwa itu bukan rezeki Anda, maka itu mudah bagi Allah. Mungkin saja rezeki itu menjadi rezeki dokter yang mengobati penyakit Anda. Mungkin saja semua gaji Anda ludes dirampok, dan berbagai kemungkinan lainnya. Bahkan makanan yang tinggal beberapa senti ke mulut Anda masih bisa jatuh menjadi rezekinya semut.

Meskipun rezeki sudah di atur olehAllah, tetapi kita tetap dituntut untuk berusaha sendiri. Cicakpun berusaha mendekati tempat terang dimana di sana banyak nyamuk.

…..sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan- Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, [QS 8.53]

( dipungut dari halaman tetangga:http://maname.wordpress.com/tauziah/